Karena emosi terkait dengan reaksi kimiawi dalam tubuh maka setiap emosi yang dirasakan oleh anak tak ada yang salah. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengekspresikan perasaan itu. Apakah ia menggunakan kekerasan sebagai wujud ekspresi kemarahannya atau justru memendam rasa marahnya? Cara seorang anak mengungkapkan perasaanya terkait dengan kemampuan anak untuk mengendalikan diri. Tidak perlu khawatir apabila si kecil masih mengeksprsikan emosinya dengan cara yang salah. Kemampuan untuk mengelola emosi setiap anak pun berbeda-beda tergantung usia, penyebab, latar belakang keluarga, serta kondisi psikologis sat stimulasi terjadi. Kemampuan mengelola emsoi ini perlu dilatih, sama halnya dengan kemampuan si kecil untuk mengontrol anggota gerak dan benda-benda di sekitarnya.
Mari kita renungkan bersama, seorang bayi baru lahir hampir sama sekali tidak memiliki kontrol atas kaki, tangan, leher dan badannya sendiri. Ia terbaring tanpa daya, bahkan lehernya saja tidak mampu menyangga kepalanya dan harus disangga. Otot-otot dalam tubuh anak harus dilatih dan diperkuat agar ia dapat menggerakkan semua anggota geraknya. Berangsur-angsur, si kecil akan dapat menggerakkan jemari tangan, kaki, bahkan kemudian mapu berjalan dan berlari. Dari sini, dapat dimengerti apabalia untuk mengendalikan emosinya, seorang anak juga perlu untuk belajar.

Lebih baik apabila emosi itu diungkapkan dan bukannya dipendam. Perasaan yang dipendam dapat berakibat destruktif pada diri sendiri, terutama jika ada tekanan yang dirasakan oleh anak. Seto Mulyadi (2004:130 mengemukakan bahwa ada dua hal yang membuat anak tidak dapat mengungkapkan amarahnya, yaitu kemampuan berbahasnya yang belum berkembang dan pengaruh lingkungan sosial atau budaya. Selain itu, ada kemungkinan seorang anak takut untuk mengakui bahwa ia sedang marah karena ajaran orang tuanya yang mengatakan bahwa anak yang baik tidak boleh marah atau ngambek. Anggapan orang dewasa bahwa emosi negatif harus disembunyikan juga amengakibatkan anak-anak sulit mengungkapkan amarahnya. Bahkan pula orang dewasa yang masih meyakini bahwa amarah akan hilang dengan sendirinya jika dipendam. Bahkan, ada budaya dimasyarakat yang melarang seorang anak mengekspresikan amarahnya adalah salah besar.

Penting Untuk Dilakukan
Orang tua sebaiknya memfasilitasi anak agar mampu mengungkapkan perasaanya ini sekaligus bertindak sebagai mentor yang membimbingnya agar mampu mengungkapkan perasan dengan baik. Berikut cara mengungkapkan amarah secara bijak: ingat bahwa tujuan melampiaskan amarah adalah untuk mengurangi tekanan destruktif pada diri sendiri, tapi bukan untuk memindahkannya pada orang lain. Jadi sebaiknya amarah dilampiaskan pada benda matai atau dengan cara yang sedikit menimbulkan sedikit kerugian, misalnya: membuat coretan-coretan,mewarnai, melempar batu ke suangai, meninju bantal dan sebagainya.
====
Daftar Pustaka
Mulyadi Seto.2004. Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya. Erlangga: Jakarta



Jika tulisan di atas tidak sesuai dengan yang Anda inginkan, silahkan lakukan pencarian pada kolom dibawah ini:

Copyright © 2012 - Educationesia - is proudly powered by Blogger
is originaly created by Design Disease brought to you by Smashing Magazine