Contoh
karangan deskripsi ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yaitu tentang
karangan deskripsi. Artikel yang akan dibawakan ini karangan deskripsi dengan
tema pendidikan atau sekolah dengan judul “Membantu Anak Jalanan Untuk terus
Bersekolah”
Irfan sempat setahun meninggalkan bangku
sekolah, setamat SMP anak ketiga dari empat bersaudara ini terpaksa harus turun
ke jalan, menjajakan koran di lampu-lampu merak kota Madiunr. Ketidakmampuan
orang tua membuyarkan harapannya untuk melanjutkan pendidikan ke SMA, jenjang
yang lebih tinggi dari jasah yang dipunyainya.
Di tengah kehilangan pengharapan, dia
memperoleh informasi ada sekolah yang bisa memberi kesempatan untuk terus
belajar. Sekolah itu dalah SMA Tunas Harapan Madiun. Tak banyak persyaratan,
tidak mesti mengeluarkan biaya yang cukup besar, sebagaimana lazimnya lembaga
pendidikan formal lain. Ke sanalah Irfan melangkah ditemani orang tuanya.
Irfan bukan satu-satunya siswa dari keluarga
kurang mampu yang belajar di sekolah itu. Ada Supri yang sehari-hari berjualan
kue, ada juga Haris yang sehari-hari menjual gula-gula. Sebagaimana halnya
Irfan, Supri tidak bisa melanjutkan pendidikan setamat SMP. Sebagai anak yatim
yang sudah kehilangan ayah, megelurakan uang untuk membiayai pendidikan menjadi
suatu hal tak mudah dijangkau. Irfan 17 tahun kini kelas 1, sedangkan Supri 19
tahun dan Haris 20 tahun duduk dikelas 2.
Kepala SMA Tunas Harapan Madiun, Bambang
Sudibyo Samad, M.Pd.I menuturkan sedikitnya ada 10 orang anak jalanan yang
ditampung di sekolah ini. Tak hanya putus sekolah karena ketidakmampuan orang
tua tapi hampir semuanya juga sudah menjadi pekerja, mencari uang untuk
membantu orang tua.
Kebijakan seperti apa yang diberikan kepada
mereka? Bambang menuturkan tidak ada persyaratan administratif yang ketat,
misalnya harus ada surat pindah atau keterangan lain dari sekolah sebelumnya.
Kalau sudah menunjukkan ijasah SMP yang dimilikinya kita bisa terima. Yang
penting mereka bisa bersekolah” tuturnya. Hanya saja menurut Bambang meski sudah
kembali bersekolah tapi semuanya masih melakukan aktivitas kesehariannya,
mencari uang di luar waktu mereka sekolah.
Soal biaya, Bambang mengatakan, kita tidak
memberikan beban biaya pendaftaran. Kebijakan lain SPP hanya dikenai separo
yang besarnya Rp. 13.000 per bulan. Itupun tidak semua mampu membayar meski
telah diberi keringanan. Menghadapi kenyataan semacam ini pihak sekolah tidak
bisa berbuat banyak, Yayasan tidak masalah” tuturnya.
Bahkan, menurut Bambang ada tiga guru yang
membantu pembiayaan lima anak. Ada pula yang tetap bersekolah, tapi tidak membayar.
Seragam sekolah pun ada yang dibelikan guru, ada pula pemberian dari teman
sesama siswa, terutama yang sudah tamat. Bagi Bambang dan para pendidik di
sekolah inimenarik anak usia sekolah untuk bisa masuk ke lembaga pendidikan
formal merupakan suatu kepuasan yang tidak bisa dinilai dengan lembar-lembar
rupiah.
SMA Tunas Harapan memang bukan sekolah
favorit di kota itu. Terletak di kelurahan Sambirejo, kecamatan Jiwan Kabupaten
Madiun. Lokasi sekolah ini tidak berada di jalan utama. Bangunan sekolah
berlantai dua seluas 380 meter persegi dibangun di atas lahan seluas 410 meter
persegi.
Kondisi ini menunjukkan ada halaman yang
lapang untuk bisa digunakan siswa bermain. Bahkan beberapa bagian atap bangunan
sekolah ini juga sudah bocor. Meski dalam kondisi sederhana, tapi Bambang masih
bisa bersyukur “tidak ada anak-anak yang berkeliaran pada jam-jam pelajaran
berlangsung”
Dibangun pada 1998 kini SMA Tunas Harapan
membina 300 siswa yang terdiri atas 6 ruang kelas. Para siswa dididik oleh 18
guru, dua diantaranya guru negeri yang diperbantukan. Dibanding tahun-yahun
sebelumnya, sekolah ini pernah mendidik siswa dalam jumlah yang cukup. Meski mengalami
gelombang surut dalam jumlah siswa, tapi dia masih menyimpan optimisme ditengah
kesederhanaanya. “ Saya optimis sekolah ini kedepan bisa berkembang: katanya. “
Apalagi ada kebersamaan diantara sesama guru” Bambang mungkin sama optimismenya
dengan Irfan, Supri atau Haris dalam memandang kehidupan yang lebih baik.
Membaca
kutipan jenis karangan deskripsi di atas yang disusun kedalam delapan paragraf,
kita mendapat informasi tentang optimisme salah satu lembaga pendidikan
sederhana di Madiun, dan beberapa siswanya dari keluarga tidak mampu yang
mendapat bantuan dana untuk terus bersekolah. Wacana tersebut beruapaya
mendeskripsikan dari peristiwa yang satu ke peristiwa lainnya berdasarkan ruang
dan waktu. Kita sebagai pembaca akan ikut melihat, mendengar, serta merasakan
kesulitan yang dialami Irfan, Supri dan Haris ketika sekolah. Selain itu
dijelaskan pula kegiatan yang dilakukan sehari-hari sehabis sekolah, ada yang
menjajakan koran, menjual kue ataupun membantu orang tuanya. Kondisi sekolah,
tempat dan pendiriannya juga dideskripsikan satu persatu secara urut dan lugas
sehingga pembaca mengetahu kondisi SMA Tunas Harapan Madiun sebenarnya.
Berdasarkan
Contoh di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan penulis yaitu (a)
penulis perlu melukiskan bagian-bagian yang penting secara urut, (b) hendaknya
menggunakan bahasa yang sederhana agar pokok pikiran penulis mudah dipahami,
(c) hendaknya menggambarkan secara detail, (d) hendaknya memeotivasi pembaca
untuk terus menerus memahami secara lengkap pokok pikiran.
0 comments:
Post a Comment