Pada dasarnya sitem pendidikan yang berlaku di finland memilih untuk mengadopsi sistem pendidikan yang digunakan di Israel. Orang yang berada dibalik ini adalah Profesor Reuven Feuerstein berumur 90 tahun, seorang psikolog kognitif terkenal didunia, seorang Profesor Psikolog di sekolah pendidikan di Universitas Bar Ilan dan pendiri Istitut Feuerstein (International Center for the Enhancement of Learning Potential) dan seorang Israel penerima Hadiah Nobel di bidang Ilmu Sosial. Program Feuerstan berfokus pada penyampaian kognitif dan kemampuan belajar dan telah diimplementasikan di ratusan sekolah dan lembaga pendidikan dan pelatihan di Israel. Program ini pada dasarnya berfokus pada adaptasi terhadap kelompok individu, terapi dan rehabilitasi untuk orang dengan cedera dikepala, serta mahasiswa berbakat dan luar biasa atau siswa dengan sindrom Down
.
Sistem Feuerstein diterapkan dan digunakan di sistem pendidikan khususnya Finlandia selama lebih dari 20 tahun dalam mengobati autisme dan ketidakmampuan belajar. Dari keberhasilan ini, otoritas pendidikan Finlandia telah memutuskan untuk menerapkan sistem ini pada sekolah-sekolah. Proses pelatihan ini telah selesai di awasi oleh pengawas dari Israel yang ke Finladia untuk berbagi pengetahuan mereka pada guru lokal. Menurut Profesor Feuerstein, sistem yang dikembangkannya berfokus pada konsep bahwa orang memiliki kemampuan untuk mengubah diri mereka, dan kunci untuk ini adalah dalam mengindentifikasi fakto-faktor yang menghambat mereka serta kelebihan mereka untuk mengembangkan kemampuan belajar mereka.

Ia menjelaskan bahwa pertama kali mengimplementasikan pada tahun 1952 pada anak-anak yang selamat dari Holocaust untuk membantu mereka untuk mengintegrasi. Sejak itu kami mengambil anak-anak dan orang dewasa dari berbagai negara di seluruh dunia dan memiliki situasi yang rumit dan membantu mereka mencapai tingkat lanjut dan belajar sukses. Rahasianya adalah bahwa tidak mengajar konten, melainkan kami menanamkan pembelajaran dan strategi berpikir kognitif.

Photo of Finnish school from Flickr


Photo of Finnish school from Flickr
Photo of Finnish school from Flickr
  • Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.
  • satu orang guru (gelar s2) bertindak sebagai guru mata pelajaran sedangkan satu orang lagi (gelar s1) menjadi pengawas dan pembimbing setiap siswa dalam memahami setiap bidang studi dan mendampingi anak secara individual apabila mengalami kendala saat proses belajar berlangsung.
  • Dimana setiap kecakapan dan keterampilan dibidang tertentu yang dimiliki oleh setiap siswa (extrakurikuler), bila sudah merasa mampu bisa mengusulkan diri untuk di uji.
  • Maka, tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian nasional.
  • Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA.
  • evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja.
  • Para siswa di Finlandia tidak mengenakan seragam. Bahkan kepala sekolah mengenakan celana jeans dan kemeja berleher terbuka di sekolah. karena mereka adalah para akademisi dan sudah terlatih.
  • Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal.
  • Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki
  • Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain
  • jasa termasuk makan siang panas gratis setiap hari, kesehatan sekolah dan transportasi gratis bagi anak-anak yang tinggal terlalu jauh dari sekolah untuk berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum.
  • siswa bahkan tidak diharuskan untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha sebaik mungkin.
  • Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing
  • Tidak ada metode belajar ceramah, menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif
  • Bahasa asing mulai diajarkan dari kelas I SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
  • siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia yang 220 hari
  • Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu.
  • Semua siswa di bimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent. Karena dengan adanya banyak pen-dekte-an membuat para siswa akan merasa tertekan dan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.
  • Kegemaran membaca aktif didorong
  • Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
  • Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan
  • Anak Finlandia tidak diijinkan belajar sebelum usia tujuh tahun, "kami menghormati masa kecil anak-anak dan hak mereka untuk bermain. di Finlandia mereka tak diharuskan bersekolah sampai mereka cukup besar untuk bisa duduk tenang dan mematuhi aturan
Photo of Finnish school from Flickr
Photo of Finnish school from Flickr
Photo of Finnish school from Flickr

Photo of Finnish school from Flickr

Photo of Finnish school from Flickr

Ingin lebih banyak mengetahui bagaimana metode belajar di finladn silahkan mempelajari lebih banyak tentang psikologi kongitif dalam penerapannya di dunia pendidikan.



Jika tulisan di atas tidak sesuai dengan yang Anda inginkan, silahkan lakukan pencarian pada kolom dibawah ini:

Copyright © 2012 - Educationesia - is proudly powered by Blogger
is originaly created by Design Disease brought to you by Smashing Magazine