Educationesia - Shrode Dan voich (1986) menyatakan bahwa kerangka dasar konsep manajemen pendidikan meliputi ”Philosophy, Asumtions, Principles, and theory which are basic to the study of any disipline of management”. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berpikir praktis. Falsafah ini dijadikan dasar untuk membuat asumsi, dan prinsip-pinsip yang yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Oleh karena itu maka falsafah, asumsi, prinsip maupun teori tentang manajemen merupakan landasan manajerial yang perlu dipahami. Keterkaitan diantara manajemen , flsafah, asumsi maupun teori digambarkan dengan diagram sebagai berikut :
Esensi Falsafah Manajemen.
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik menganai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berpikir efektif dalam memecahkan masalah manajemen. Pemahaman falsafah manajemen secara sistemik dapat menjadi alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul dalam praktik menejerial. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi, yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Dengan harapan akhir adalah terciptnya kepuasan dalam melakukan pendekatan sistematik ketika praktik manajemen.
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik menganai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berpikir efektif dalam memecahkan masalah manajemen. Pemahaman falsafah manajemen secara sistemik dapat menjadi alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul dalam praktik menejerial. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi, yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Dengan harapan akhir adalah terciptnya kepuasan dalam melakukan pendekatan sistematik ketika praktik manajemen.
Esensi Teori Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran penting dalam membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Teori-teori menajemen dapat dikalsifikasikan menjadi tiga yaitu teori klasik, teori neoklasik dan toeri modern.
Teori klasik memiliki pilar-pilar yaitu;
Teori klasik memiliki pilar-pilar yaitu;
- Pembagian kerja
- Proses fungsi-fungsi
- Struktur
- Pengawasan
Teori Neoklasik terkait dengen pendekatan perilaku yang membahasa tentang;
- Teori kebutuhan
- Teori kepribadian dan organisasi
Teori Modern dengan pengembangannya sehingga memiliki konsep-konsep kegiatan tentang;
- General System.
- Contigency pimpinan.
- Hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan.
Esensi Prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
- Pembagian kerja (Division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
- Disiplin (Discipline)
- Kesatuan perintah (Unity of command)
- Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
- Penggajian pegawai
- Pemusatan (Centralization)
- Hirarki (tingkatan)
- Ketertiban (Order)
- Keadilan dan kejujuran
- Stabilitas kondisi karyawan
- Prakarsa (Inisiative)
- Semangat kesatuan, semangat korps
Adanya prinsip-prinsip tersebut memiliki arti penting dalam praktik manajemen antara lain :
- Menentukan cara/metode kerja
- Pemiilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian
- Pemilihan prosedur kerjA
- Menentukan batas-batas tugas
- Mempersiapkan dan membuat spsifikasi tugaS
- Melakukan diklat
- Menentukan sistem dan imbalan.
Dan prinsip-prinsip tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan efesien.
Kegiatan Praktik Manajerial
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
- Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
- Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
- Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
- Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
Sumber Daya Pendidikan.
Banyak sumber daya manajemen yag terlihat dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Ada bebrapa pokok pikiran yang penting dalam pandangan sumber daya pendidikan ini, yaitu :
Banyak sumber daya manajemen yag terlihat dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Ada bebrapa pokok pikiran yang penting dalam pandangan sumber daya pendidikan ini, yaitu :
- Sumber daya yang paling penting dalam manajemen pendidikan adalah SDM.
- SDM mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalitas manajerial.
- Persoalan utama dalam pembinaan SDM adalah etos kerja.
Implikasi Konsep-Konsep Manajemen dalam Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem seyogyanya mengandung dua dimensi yang konsisten dan saling terkait, yakni dimensi yang berdasarkan konsep-konsep manajemen dan dimensi yang berdasarkan pada konsep-konsep pendidikan. Dengan kata lain, pengembangan suatu sistem manajemen pendidikan hendaknya berupaya memadukan kedua dimensi itu. Dalam hal ini dimensi penerapan konsep-konsep manajemen dalam manajemen pendidikan lebih mendapat perhatian kita sesuai dengan pokok bahasan yang disoroti dalam bab ini.
Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan disusun secara bertahap, yang meliputi:
Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem seyogyanya mengandung dua dimensi yang konsisten dan saling terkait, yakni dimensi yang berdasarkan konsep-konsep manajemen dan dimensi yang berdasarkan pada konsep-konsep pendidikan. Dengan kata lain, pengembangan suatu sistem manajemen pendidikan hendaknya berupaya memadukan kedua dimensi itu. Dalam hal ini dimensi penerapan konsep-konsep manajemen dalam manajemen pendidikan lebih mendapat perhatian kita sesuai dengan pokok bahasan yang disoroti dalam bab ini.
Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan disusun secara bertahap, yang meliputi:
- Perencanaan pendidikan yang menyeluruh yang berskala nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam sistem pendidikan nasional. Perencanaan pada tahap ini menjadi dasar dalam rangka penyusunan perencanaan pendidikan jangka panjang.
- Perencanaan pendidikan jangka panjang, misalnya untuk jangka selama satu pelita. Perencanaan ini tergolong sebagai perencanaan pendidikan bertingkat strategis.
- Perencanaan pendidikan tingkat medium yang berjangka sedang dalam jangka waktu yang relatif pendek misalnya untuk jangka satu tahun atau dua tahun pertama dari pelita.
- Perencanaan pendidikan bertingkat operasional, yang berjangka pendek, misalnya dalam jangka satu tahun/2 tahun semester. Perencanaan pendidikan ini umumnya dilaksanakan pada tingkat wilayah dan kelembagaan pendidikan.
Organisasi Pendidikan
Implikasi konsep sistem organisasi sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, mengandung implikasi tertentu dalam rangka pengembangan pendidikan. Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki tiga sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan.
Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi, dan tingkat Kotamadya/Kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut ketiga komponen (strategi, operasi dan koordinasi).
Ketiga jenjang organisasi program harus mengandung komponen strategi yakni berdasarkan dan berinteraksi dengan lingkungan di mana program itu berada, yang meliputi kebudayaan, sistem nilai, kependudukan, ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan derajat lingkungan menentukan kadar interaksinya dengan tiap jenjang organisasi program bersangkutan.
Ketiga jenjang organisasi program juga memiliki komponen operasi, yakni kegiatan-kegiatan substantif pada kategori input (misalnya: target populasi, ketegasan, siswa, sumber biaya, peralatan, dan sebagainya), proses (misalnya: kurikulum, sistem instruksional, media, evaluasi), output (yakni para lulusan baik kualitas maupun kuantitas). Kegiatan-kegiatan tersebut sudah tentu berbeda pada tiap jenjang organisasi.
Komponen koordinasi juga terdapat pada tiap jenjang organisasi program, yang memadukan antara komponen strategi dan komponen operasi, dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dengan koordinasi ini akan tercipta keseimbangan dan kesamaan tindakan dan arah kegiatan organisasi program dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan pada masing-masing jenjang keorganisasiannya. Dengan demikian, kegiatan organisasi jangka pendek senantiasa berada dalam kerangka organisasi program jangka panjang.
Kontrol (Pengawasan) Pendidikan
Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat pending, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Peranan dan kategori kontrol yang telah dikemukakan secara singkat dalam uraian di muka, kiranya mengandung implikasi tertentu terhadap sistem kontrol/pengawasan pendidikan.
Implikasi konsep sistem organisasi sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, mengandung implikasi tertentu dalam rangka pengembangan pendidikan. Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki tiga sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan.
Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi, dan tingkat Kotamadya/Kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut ketiga komponen (strategi, operasi dan koordinasi).
Ketiga jenjang organisasi program harus mengandung komponen strategi yakni berdasarkan dan berinteraksi dengan lingkungan di mana program itu berada, yang meliputi kebudayaan, sistem nilai, kependudukan, ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan derajat lingkungan menentukan kadar interaksinya dengan tiap jenjang organisasi program bersangkutan.
Ketiga jenjang organisasi program juga memiliki komponen operasi, yakni kegiatan-kegiatan substantif pada kategori input (misalnya: target populasi, ketegasan, siswa, sumber biaya, peralatan, dan sebagainya), proses (misalnya: kurikulum, sistem instruksional, media, evaluasi), output (yakni para lulusan baik kualitas maupun kuantitas). Kegiatan-kegiatan tersebut sudah tentu berbeda pada tiap jenjang organisasi.
Komponen koordinasi juga terdapat pada tiap jenjang organisasi program, yang memadukan antara komponen strategi dan komponen operasi, dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dengan koordinasi ini akan tercipta keseimbangan dan kesamaan tindakan dan arah kegiatan organisasi program dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan pada masing-masing jenjang keorganisasiannya. Dengan demikian, kegiatan organisasi jangka pendek senantiasa berada dalam kerangka organisasi program jangka panjang.
Kontrol (Pengawasan) Pendidikan
Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat pending, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Peranan dan kategori kontrol yang telah dikemukakan secara singkat dalam uraian di muka, kiranya mengandung implikasi tertentu terhadap sistem kontrol/pengawasan pendidikan.
- Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayagunakan rencana pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu rencana pendidikan. Pada fungsi komparator bermaksud membandingkan antara hasil pengukuran dan perencanaan pendidikan yang telah dikembangkan sebelumnya. Fungsi activator dimaksudkan untuk mengarahkan tindakan manajerial bilamana terjadi suatu perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Dengan demikian fungsi-fungsi tersebut erat kaitannya dengan kelancaran jalannya roda organisasi pendidikan, dan ketercapaian hasil pelaksanaan sistem pendidikan sesuai dengan jenjangnya.
- Sistem kontrol pendidikan juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Apakah kontrol itu dilakukan secara terbuka atau secara tertutup? Kontrol yang dilakukan secara terbuka berarti dapat melibatkan semua orang di lingkungan organisasi dan konsekuensinya semua informasi perlu ditampung dan diperhatikan. Kontrol secara tertutup keterlibatan hanya dibatasi pada pihak-pihak terkait saja dan umumnya tidak menyelusuri semua dimensi organisasi pendidikan. Kedua cara ini sesungguhnya dapat dilakukan secara berbarengan.
- Apakah kontrol pendidikan dilakukan oleh manusia atau oleh mesin (alat elektronik misalnya). Sistem manajemen pendidikan yang telah berkembang dewasa ini memungkinkan penggunaan kedua sistem tersebut, yakni dilakukan oleh manusia dan menggunakan alat yang canggih.
- Apakah kontrol dilaksanakan terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi atau terhadap hasil operasionalisasi sistem pendidikan. Kedua bentuk kontrol tersebut seyogyanya dilaksanakan dalam sistem manajemen pendidikan, karena pada dasarnya antara kegiatan organisasi pendidikan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan harian bersifat saling terkait dan oleh karenanya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.
Sistem Informasi Pendidikan
Sistem manajemen pendidikan membutuhkan sistem informasi yang harus dikelola secara baik. Kebutuhan informasi ini terasa setiap saat di mana terjadi proses pendidikan, sebab dalam proses pengelolaan itu senantiasa diperlukan data yang akurat, yang dikumpulkan dan disimpan secara akurat pula. Itu sebabnya perlu diatur sistem manajemen informasi yang khusus relevan dengan tuntutan dan permintaan sistem pendidikan.
Kebutuhan informasi tersebut telah mulai terasa sejak adanya studi kelayakan, selanjutnya pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengujian keberhasilan pendidikan. Jadi pada hakikatnya setiap fungsi manajemen pendidikan dibutuhkan informasi untuk pembuatan keputusan. Dalam hubungan inilah konsep-konsep sistem informasi yang telah dikemukakan secara ringkas dalam uraian di muka memiliki implikasi tertentu terhadap manajemen sistem informasi pendidikan.
Kebutuhan informasi tersebut telah mulai terasa sejak adanya studi kelayakan, selanjutnya pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengujian keberhasilan pendidikan. Jadi pada hakikatnya setiap fungsi manajemen pendidikan dibutuhkan informasi untuk pembuatan keputusan. Dalam hubungan inilah konsep-konsep sistem informasi yang telah dikemukakan secara ringkas dalam uraian di muka memiliki implikasi tertentu terhadap manajemen sistem informasi pendidikan.
0 comments:
Post a Comment